28 Jul 2010

Mengenang Seorang Teresa Teng

TANGGAL 8 Mei 2010 Bulan Lalu, Lima Belas tahun sudah penyanyi legendaris bersuara merdu Teresa Teng alias Teng Li-cin)meninggal dunia. Ya, tepatnya pada tanggal 8 Mei 1995, Teresa tutup usia di Chiangmai, Thailand, karena penyakit asma yang telah lama diidapnya.
Saat berita kematiannya tersiar, banyak orang yang merasa shock dan sulit untuk mempercayai kenyataan itu. Kini dua belas tahun telah berlalu. Bila orang mengingat nama almarhumah, selain terkenang suaranya yang merdu, orang juga akan terkenang akan perjalanan kisah kasihnya yang sangat berliku.

Bulan Maret 1985 untuk pertama kalinya Teresa diwawancarai pers Jepang. Untuk pertama kalinya pula ia mengemukakan tiga kisah cintanya yang sulit terlupakan dalam hidupnya. "Tiga kisah cinta yang sulit terlupakan dalam hidup saya, semuanya kandas. Setiap kali saya hanya bisa memiliki status sebagai 'kekasih'. Kalau diingat-ingat, rasanya pedih sekali," ujar Teresa saat itu, "Karena saya ini seorang penyanyi, setiap kali hendak menikah, selalu ditentang oleh orangtua. Masyarakat Cina adalah komunitas yang kolot, tanpa persetujuan orangtua, perkawinan tak bisa dilangsungkan. Sekalipun yang menentang hanya seorang, tetap saja bisa menggagalkan sebuah perkawinan. Ini ibarat perkawinan antara keluarga dengan keluarga. Jika latar belakang kedua keluarga tak serasi dan sepadan, sulit untuk disatukan."

CINTA PERTAMA TAK TERLUPAKAN

Ketika berusia 18, Teresa berkenalan dengan seorang pengusaha bernama Lin Cen-fa yang lebih tua 8 tahun darinya. Dia adalah cinta pertama Teresa. "Tahun 1974 saya pergi ke Jepang, karena saat itu niat saya sudah kukuh untuk menjadi penyanyi dan harus berjuang keras untuk sukses, maka hubungan kami pun putus."

Kekasih keduanya tak disebut jelas oleh Teresa. Ia hanya mengatakan mereka berkenalan di Amerika. "Orang itu adalah sahabat Jackie Chan," hanya itu yang dibocorkannya.

Kekasih ketiganya adalah Kuo Khong-cheng, putera jutawan Raja Gula Malaysia. "Kami berpisah karena hubungan kami ditentang orangtuanya. Rencana pernikahan kandas di tengah jalan, kami terpaksa mengambil jalan sendiri-sendiri," ujarnya. Teresa berkenalan dengan Kuo di Singapura dalam sebuah perjamuan yang diadakan oleh sahabat mereka pada tahun 1980.

Setelah satu setengah tahun menjalin hubungan, mereka sudah tiba pada tahap membicarakan perkawinan. Bulan Desember 1981, Kuo terbang ke Taiwan untuk menjenguk orangtua Teresa. Setelah pertemuan itu, lewat media cetak, Ayah Teresa memuji-muji calon menantunya tersebut dan mengatakan perkawinan Kuo dengan puterinya akan dilangsungkan pada akhir tahun 1981 itu juga. Sementara pers justru mencium kabar, bahwa pernikahan baru akan dilangsungkan pada bulan Maret 1982.

GAGAL DINIKAHI PUTERA RAJA GULA MALAYSIA

Anehnya, saat itu Teresa membantah berita perkawinan mereka, Ia menegaskan, "Dia belum melamar saya. Dia pria yang santun dan penuh pengertian, juga berpendidikan dan sangat menomor-satukan usahanya. Saya cukup puas menjadi kekasihnya."

Ketika pers mencoba menghubungi Kuo lewat telepon, saat itu Kuo mengakui rencana pernikahan mereka, katanya, "Pernikahan saya dan Nona Teng takkan dilangsungkan akhir tahun ini. Perkembangan selanjutnya nanti akan saya umumkan dalam tempo dua-tiga bulan ke depan."

Pada saat bersamaan, ada bocoran berita di media massa yang menyebutkan, seorang pakar merangkai bunga sempat diundang ke hotel Shangrila untuk merancang rangkaian bunga yang akan dipakai dalam pesta perkawinan akbar. Namun kemudian rencana itu gagal. Konon perkawinan Teresa dan Kuo terganjal izin dari Nyonya Tua Kuo. Luo ternyata tak mampu melunakkan hati ibunya.

Bulan September tahun yang sama, Nyonya Tua Kuo meninggal. Maka dengan demikian tak ada lagi kendala yang menghadang antara pasangan ini. Semua orang mengira, perkawinan Teresa dan Kuo pasti akan berjalan mulus. Ketika ibunda Teresa diwawancarai, orangtua itu mengatakan, "Saya dengar pesta perkawinan mereka takkan dilakukan secara besar-besaran, tapi dengan sederhana dan khidmat. Saya pikir itu baik juga, mengundang tamu dalam jumlah yang banyak bukanlah pekerjaan ringan."

Untuk mempermudah bertemu dengan Kuo, saat itu Teresa lebih banyak menetap di Singapura daripada di Taiwan. Sebenarnya waktu itu ia sempat membuat ibunya merasa was-was, "Setahun lalu ia mulai tidak suka makan. Saya khawatir sekali dia menderita penyakit bullimia. Dokter menasehatinya agar banyak berolah-raga untuk meningkatkan nafsu makan. Sekarang setiap hari dia bermain golf dan tennis, ia mulai berubah ceria kembali, nafsu makannya pun sudah semakin meningkat.. Saya baru saja menemaninya selama sebulan di Singapura, sekarang berat badannya sudah naik tiga kilogram."

Namun akhirnya Teresa tak berjodoh juga untuk menjadi menantu keluarga Kuo. Ia membutuhkan waktu cukup lama untuk mengobati luka hatinya. Kemudian ia kembali bergiat menekuni kariernya sebagai penyanyi yang kian menanjak namanya. Namun dalam hal cinta dan jodoh, Teresa tetap kurang beruntung. Ia masih terus saja berusaha mencari dan menanti hingga akhir hayatnya. Sementara itu pada tanggal 30 Juli 1986 Kuo melangsungkan pernikahannya dengan seorang gadis Jepang di hotel Shangrila, Singapura. Tamatlah harapan Teresa untuk menjadi pasangan Kuo.

BUBUR KACANG IJO UNTUK JACKIE CHAN

Bulan Februari 1979, Teresa dicekal masuk ke Jepang karena saat itu memegang paspor palsu Republik Indonesia (!). Ia lalu terbang ke Amerika dan mengambil kelas singkat bahasa Inggris di California Selatan yang memang dikhususkan bagi siswa-siswi asing. Dalam kurun waktu di sana, Teresa sempat menemukan secercah kebahagiaan. Bulan Desember pada tahun yang sama, Jackie Chan berangkat ke Amerika untuk menggarap film barunya. Ia meminta nomor telepon Teresa dari ayah Teresa. Konon Jackie mulai mengajak kencan Teresa.

Saat diwawancarai lewat telepon oleh wartawan, Teresa mengatakan, "Dia tinggal di hotel yang dekat dengan apartemen saya, cukup dengan berjalan kaki tiga menit, kami sudah seperti tetangga saja. 'Anak besar' (Jackie) setiap pagi jogging di seputar kampus saya. Malam harinya dia punya banyak waktu luang dan sering makan malam di rumah saya. Kemarin saya baru saja memasakkan bubur kacang hijau untuknya. Ibuku senang karena saya mendapatkan tetangga seorang bintang tenar. Beliau bahkan meminta bantuan Jackie agar menasehati saya untuk tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi."

Semua wartawan tahu kalau Jackie memang hobi menguber cewek. Saat itu tampaknya ia memang sedang berusaha menguber Teresa tapi Teresa sendiri mengatakan, "Saya hanya menganggapnya sebagai adik laki-laki, usianya lebih muda dua tahun dari saya. Tapi kalau dia memang mau menguber saya, boleh juga ya. Saya sudah lama tidak diuber cowok, rasanya kesepian juga nih!"

Dalam keadaan tanpa beban mental, hubungan kedua anak manusia ini berkembang pesat. Namun pada suatu hari ketika mereka harus sama-sama meninggalkan taman yang penuh kenangan manis dan kembali kepada kesibukan dan pekerjaan masing-masing, kisah kasih itu pun berlalu begitu saja. Teresa Teng terus menyimpan rapat-rapat nama Jackie Chan. Ia hanya mengatakan dirinya pernah menjalin kisah cinta dengan 'seorang sahabat Jackie Chan' saat mengikuti kursus bahasa Inggris di Amerika.

Tahun 1981, Jackie Chan sengaja terbang dari Singapura ke Hong Kong untuk tampil sebagai bintang tamu yang menyerahkan penghargaan berupa lima piring platinum kepada Teresa dalam sebuah acara festival lagu. Setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya Jackie Chan sendiri mengakui, bahwa ia memang pernah menjalin kisah cinta yang mesra dengan seorang Teresa Teng.

7 Jul 2010

マイ ウェイ (My Way)

悲しい自由 (Kanashii Jiyuu)

Teresa Teng (lahir 29 Januari 1953 – meninggal 8 Mei 1995 pada umur 42 tahun), terkadang namanya ditulis Teresa Tang, Teresa Deng atau Deng Lijun, adalah seorang penyanyi legendaris dari Taipei, Taiwan. Ia terkenal diantara komunitas masyarakat berbahasa Mandarin dan di seluruh Asia Timur, terutama Jepang, selama kurang lebih 30 tahun. Ia terkenal hingga hari ini oleh karena lagu-lagunya yang merakyat dan yang bernada balada romantis.

Teresa merekam beberapa lagu terkenal, termasuk "Kapankah Kau Akan Kembali (pinyin: Hé Rì Jūn Zài Lái). Selain lagu-lagunya yang berbahasa Mandarin, ia juga pernah merekam lagu-lagu dalam bahasa tradisional Taiwan, bahasa China dialek Kanton, bahasa Jepang, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Terea Teng meninggal dunia akibat serangan asma akut ketika sedang berlibur di Chiang Mai, Thailand, dalam usia 42 tahun (43 tahun menurut Kalender China) pada tanggal 8 Mei 1995. Ia dimakamkan bagai seorang pahlawan di Taiwan, dengan bendera Taiwan menutupi peti matinya dan Presiden Taiwan saat itu, Lee Teng-hui, menghadiri pemakamannya.

Teresa dimakamkan di sebuah kaki gunung di Chin Pao San (Jinbaoshan, arti harafiahnya Gunung Harta Karun Emas), dalam sebuah kompleks pemakaman dekat Jinshan, dekat Taipei, Taiwan. Sebuah patung dirinya dalam pakaian pertunjukan dipajang, diiringi dengan musik lagu-lagunya sebagai latar belakangnya, didirikan sebagai tugu peringatan di tempat pemakamannya tersebut. Disana juga terdapat sebuah piano elektronik raksasa dimana para pelayat dapat memainkannya dengan menginjak balok-balok piano tersebut. Makamnya ini sangat sering dijunjungi oleh para penggemarnya --- sebuah kebiasaan yang sangat berbeda dengan kebudayaan China untuk mengunjungi pemakaman pada umumnya.

Sebuah rumah yang dibeli Teresa di tahun 1986 di Hongkong beralamatkan Jalan Carmel Street nomor 18 juga menjadi tempat tujuan kunjungan para penggemarnya terutama begitu ketika berita kematiannya tersebar. Rencana penjualan rumah tersebut untuk membiayai sebuah museum di Shanghai diberitakan pada tahun 2002, dan kemudian menjadikannya terjual sebesar 32 juta dollar Hongkong. Rumah itu ditutup untuk umum semenjak tanggal 29 Januari 2004, hari dimana Teresa seharusnya berulang tahun ke-51.

Untuk memperingati tahun ke-10 kematiannya, Teresa Teng Culture and Education Foundation meluncurkan kampanye berjudul "Feel Teresa Teng". Selain merencanakan konser di Hongkong dan Taiwan, para penggemarnya juga melayat ke makamnya di Chin Pao San. Juga, sebagian gaun-gaun, perhiasan dan barang-barang pribadi Teresa juga dipajang dalam sebuah eksibisi di Yuzi Paradise, sebuah taman kesenian di luar kota Guilin, China.

Pada bulan Mei 2002, patung lilin Teresa Teng dipajang untuk umum di museum lilin Madame Tussauds di Hongkong.

[sunting] Referensi